Kota Batam adalah kota
yang strategis karena terletak di jalur pelayaran internasional. Luas dari
daratan ini 1.5 kali dari luas Singapura yang menjadi tetangganya yakni 1.040
km persegi. Iklim yang ada di kota ini adalah iklim tropis dengan daratan yang
berbukit serta memiliki banyak lembah. Tanah yang ada di Bata ini bisa
dikatakan kurang subur karena berjenis tanah merah. Meski dikaruniai tanah yang
kurang subur, tapi ada aspek lain yang membuat Batam tampak menggoda bagi orang
lain untuk mengunjunginya.
Letak kota Batam sangat
strategis. Kota ini bersebelahan dengan Selat Singapura dan Malaysia di bagian
utara, berbatasan dengan Kabupaten Lingga di sebelah selatan, dengan Kabupaten
Karimun di barat serta arah timur dengan Pulau Bintan dan Tanjung Pinang. Hal
ini menjadikan Kota Batam sebagai jalur yang harus dilewati oleh banyak
pedagang mulai dari skala kecil sampai pedagang raksasa. Hal ini karena sebagai
jalur pelayaran internasional menyebabkan kota ini mampu menjadi daya tarik bagi orang luar untuk mendapatkan keuntungan
di sana.
Hal ini dapat dipahami
karena dengan besarnya arus perdagangan maka akan menimbulkan multiplier effect
bagi bidang usaha lainnya seperti semakin pesatnya kawasan hiburan, semakin
maraknya pusat perbelanjaan dan sebagainya. Multiplier effect ini menyebabkan
pertumbuhan ekonomi kota Batam langsung menanjak.
Dengan tujuan mula
menjadikan Pulau Batam sebagai Singapuranya Indonesia, mendorong pemerintah
Indonesia membuat keputusan untuk menjadikan Pulau Batam sebagai daerah industri.
Untuk mewujudkannya, rencana ini didukung sepenuhnya oleh Badan Otorita Batam
(BOB) atau yang lebih dikenal sebagai
Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam. Selanjutnya berubah nama
menjadi Badan Pengusahaan Batam (BP Batam).
Program ini terjadi pada
tahun 70-an tepatnya dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun
1973. Hal ini karena Kota Batam merupakan kota yang menempati posisi strategis.
Berada di ujung pulau Indonesia serta berdekatan dengan Malaysia dan negara
maju Singapura membuatnya menjadi salah satu kawasan yang terhubung dalam jalur
pelayaran internasional. Dalam catatan sejarah, pengembangan pulau Batam
melewati 3 periode, yaitu sebagai berikut.
Periode Masa Lampau
Sejarah Pulau Batam bisa
ditelusuri sewaktu pertama kalinya Bangsa Mongolia dan Indo Aryan pindah
menetap di kerajaan Melayu, yaitu sekitar tahun 1000 M sebelum kerajaan Islam
Malaka dan Bintan berdiri. Waktu itu kolonial Belanda, Inggris, dan Portugis
belum menginjakkan kaki di Pulau Batam.
Pada 1513 M, Pulau Batam
telah menjadi bagian dari kerajaan Johor. Penduduk Pulau Batam diisi oleh orang
– orang Melayu yang dijuluki sebagai orang Selat atau orang Laut. Dalam versi
lain, sejarah tentang Pulau Batam ini diceritakan telah dihuni oleh orang Selat
pada abad 14 atau berkisar pada tahun 1300 M. Orang – orang Selat ini menghuni
pulau ini sejak kerajaan Tumasik masih berdiri. Kerajaan Tumasik sekarang
bernama Singapura, sebuah negara kecil tapi sangat maju yang ada di Asia.
Pada saat itu, kekuasaan
berpusat di Bentang yang hari ini dikenal sebagai Pulau Bintan serta dipimpin
oleh Lakamana Hang Nadim. Pada saat itu, Laksamana Hang Nadim aktif mengusir
penjajah. Setelah kepemimpinan Laksamana Hang Nadim estafet selanjutnya
dipegang oleh Sultan Johor hingga sampai pertengahan abad 18. Pada masa itu,
Kerajaan Malaka sedang dalam masa jaya – jayanya.
Periode Pendudukan
kolonial
Keberadaan Selat Malaka
pada abad ke 18 ternyata begitu menggoda kaum penjajah untuk menguasainya.
Keberadaan selat ini sendiri memunculkan rivalitas di antara Inggris dan
Belanda untuk dapat menguasainya.
Pada saat itu , Bandara
Singapura berkembang sangat pesat sehingga Belanda melakukan berbagai strategi
agar keinginannya untuk menguasai perdagangan Melayu bisa berhasil. Hal ini
menyebabkan banyak para saudagar – saudagar datang dengan sembunyi – sembunyi
ke Singapura. Sedangkan Pulau Batam yang berbatasan dengan Singapura menjadi
tempat bersembunyi bagi para pedagang dari gangguan patroli tentara Belanda.
Pada abad ke 18, Lord
Minto dan Raffles dan kerajaan Inggris melakukan transaksi barter dengan
pemerintah kolonial Hindia belanda yang berakibat kepada penyerahan Pulau Batam
yang disebut kembarannya Singapura jatuh ke tangan Belanda.
Orang yang menjadi
penguasa Batam untuk pertama kalinya adalah Nong Isa atau Raja Isa bin Raja
Ali. Beliau diperintah oleh Sultan Riau dan Yang Dipertuan Muda Riau untuk
memerintah kawasan Nongsa dan daerah sekitarnya. Kawasan Nongsa dan daerah
sekitarnya inilah yang sekarang kita kenal dengan nama Pulau Batam. Surat
perintah dari Sultan Riau dan Yang Dipertuan Muda Riau tertanggal 22 Jumadil
Akhir 1245 atau bertepatan dengan kalender Masehi, yakni tanggal 18 Desember
1829.
Tanggal ini yang kemudian
dijadikan sebagai tanggal Hari Jadi Kota Batam. Dahulu Kota Batam bernama Pulau
Batang. Sejarah tentang asal usul nama ini tertulis pada sebuah peta yang
digunakan VOC pada tahun 1675. Peta ini tersimpan rapi di Universitas Leiden
Belanda.
Periode Globalisasi
Pada tahun 1960-an, Batam
ditunjuk dan ditetapkan menjadi basis logistik untuk minyak bumi yang bersumber
di Pulau Sambu, kota yang berumur sangat tua. Jauh lebih tua 1 abad dari Kota
Batam yang sekarang dijadikan tempat tujuan berinvestasi, melakukan kegiatan
ekonomi, perdagangan, alih kapal serta jasa.
* Dikutip dari berbagai sumber, disarikan oleh
Esra